HP Dilema Teknologi

" Hari ini, kagak  punya HP! Apa kata dunia?" Demikian potongan iklan milik salah satu produsen HP yang memprovokasi masyarakat terutama kalangan remaja untuk memiliki HP.

Menengok pesan iklan di atas, seolah orang yang tidak memiliki HP ketinggalan zaman dan menjadi tertawaan seluruh dunia. Provokasi ini berhasil sehingga ada remaja yang tidak mampu lagi tahan untuk tidak punya HP. Alih-alih bersabar, ia justru nekat  mencuri hanya untuk memiliki HP, bahkan ada yang bunuh diri karena tak kunjung dibelikan HP oleh orangtuanya.

Di era modern sekarang ini, kemajuan teknologi sudah tak bisa dibendung lagi. Inovasi tiada henti dilakukan oleh semua produsen teknologi. Tak heran, setiap bulan bermunculan produk baru yang lebih canggih dan bervariasi. Mereka berdalih bahwa manusia modern membutuhkan kecepatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Sebab dunia juga sedang berotasi dengan sangat cepat.

Sebenarnya, teknologi adalah  produk dan tuntutan zaman yang pada dasarnya untuk memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Sehingga teknologi termasuk HP di dalamnya  pada dasarnya bersifat netral. Ia suatu barang yang sifatnya halal secara dzat (benda). Tanpa bisa diharamkan secara mutlak.

HP bukan bagian dari bid'ah sebagai sesuatu yang baru dan belum ada pada zaman Nabi. Karena hal ini bukan wilayah ibadah dan syari'ah. Tapi semata bentuk kemajuan zaman yang alamiah. Layaknya sebuah pisau dapur. Pisau merupakan bagian dari kemajuan teknologi yang lalu dipakai untuk memudahkan para ibu bekerja di dapur. Bahkan tak sedikit diantara mereka yang memiliki koleksi pisau lebih dari sebilah pisau. Tergantung jenis penggunaan dan kebutuhannya. Bisa dibayangkan sekiranya tak ada pisau di dalam dapur rumah. 

Esensi kegunaan dari sebilah pisau dapur adalah untuk memotong berbagai sayur dan ikan sebeblum dimasak. Namun jika pisau itu ada di tangan anak-anak maka hal itu sangat berbahaya. Berbahaya bagi dirinya termasuk bagi orang yang berada di sekitarnya. Olehnya, tak ada orangtua yang membiarkan anak kecilnya bermain-main dengan pisau. Pisau senantiasa harus diletakkan di tempat yang tinggi dan tidak terjangkau oleh anak-anak. Beberapa orangtua juga mensiasati dengan cara lain, yaitu membelikan anaknya mainan pisau sekedar untuk main masak-masakan.

Seiring perkembangan teknologi, keberadaan HP menjadi sesuatu yang important. Dengannya komunikasi antar manusia menjadi lancar. Segala hal bisa diinformasikan secepat yang dibutuhkan. Dengan segala kecanggihannya, ia bisa mendekatkan jarak yang jauh. Bahkan menjadikan seakan-akan dunia ini tak lagi punya sekat yang membatasi manusia. Apalagi harga HP yang semakin murah seperti kacang goreng. Bahkan tidak jarang di antara masyarakat yang memiliki HP lebih dari satu. "Tidak membawa HP terasa tuli dan buta karena tidak mendengar informasi dan mengetahui pengetahuan sedikitpun "Kata sebagian mereka. Sehingga di mana dan kapan saja mereka tidak bisa berpisah dengan HP.

Di setiap masjid ada tulisan, " Matikan HP Saat Shalat, bahkan imam shalat berjamaahpun terkadang menambah peringatan kepada makmumnya, "luruskan, rapatkan shaff dan matikan HP-nya". Penulis tidak tahu ini dibolehkan atau tidak. Namun memang jika diperingatkan dan HP berbunyi sewaktu shalat akan sangat mengganggu ketenangan shalat walaupun nada deringnya murattal qur'an apalagi lagu dangdut.

Di ruang rapat, ruang belajar juga ada larangan menghidupkan HP, minimal harus silent atau di noan n aktifkan nada panggilan. Semua akan bilang kampungan atau ndeso kalau ada HP bunyi saat orang seminar, rapat atau training.
Beberapa Pertimbangan pelarangan HP di STIS Hidayatullah Balikpapan :

Kepemilikan HP di kalangan mahasiswa STIS Hidayatullah masih dilarang dalam arti dibatasi. Peraturan ini berprinsip pada kaidah ushul fiqh "Bahwa menghindarkan dari kerusakan itu harus didahulukan atas menarik kemamfaatan". Keberadaan HP memang sangat memudahkan dalam berkomunikasi dengan orang tua, saudara, teman dan informasi lebih cepat sampai tujuan. Namun efek samping dari pengunaan HP seringkali mengundang kerusakan berupa kemaksiatan dan dosa.

Kasus pacaran atau hubungan dengan lawan jenis oleh STIS Hidayatullah mayoritas dimulai dari komunikasi HP. Sehingga HP yang sebenarnya baik namun karena digunakan untuk hal-hal yang berdosa maka keberadaan HP menjadi dosa juga. Ada yang mengatakan HP jika digunakan untuk pacaran maka HP itu berfungsi seperti syetan yang jika ada dua orang berdua-duaan dengan lawan jenisnya maka yang ketiga adalah syetan. HP ada pihak ketiga atau perantara yang menyambungkan hubungan haram kedua insan tersebut.

Memang sangat memungkinkan dengan HP orang bisa leluasa berpacaran atau selingkuh bagi yang sudah berkeluarga. Ketika berkomunikasi hanya mereka berdua saja yang mengetahui kerahasiaannya. Namun mereka tidak menyadari bahwa HP baik SMS maupun suaranya bisa disadap dan memang data itu tersimpan. Apalagi oleh malaikat dan Allah yang tidak pernah tidur dan mendengar apa saja yang dirahasiakan manusia. Sehingga wajar yang dengan keras mengatakan bahwa STIS Hidayatullah yang masih berani berpacaran baik melalui HP maupun tidak itu STIS Hidayatullah yang tidak beriman dalam arti tidak yakin bahwa Allah dan malaikat melihat perbuatannya.

Selain itu HP juga membuat lalai. Kelalaian ini biasanya ditimbulkan karena HP digunakan untuk game sampai tengah malam bahkan pagi hari. Terlalu asyik bergame ria dengan HP mendorong untuk malas membaca, berfikir maupun belajar. Kecenderungan inilah yang menjadi efek negatif dari HP bagi mahasiswa STIS Hidayatullah. Mereka masih berjiwa anak-anak yang lebih suka bermain-main termasuk HP yang fungsi utama sebagai alat komunikasi namun untuk game.

HP juga membuat boros. HP ini membutuhkan biaya berupa pulsa untuk bisa mengoperasionalkan secara terus menerus. Sehingga ada yang maniak HP bisa menghabiskan jutaan rupiah untuk biaya pulsa perbulan. Ada juga yang biaya konsumsi makannya dikurangi untuk biaya pulsa yang memakan ratusan ribu. HP ini adalah tehnologi yang tentunya membutuhkan keuntungan bisnis bagi penemu maupun pemiliknya.

Masyarakat sebagai konsumen adalah pangsa pasar yang basah untuk bisa mengeruk keuntungan dengan berbagai promosi yang dijanjikannya. Sebenarnya ada saja mahasiswa STIS Hidayatullah yang berduit atau orang tuanya yang siap memberikan anggaran pulsa. Namun alangkah bermanfaatnya kalau biaya tersebut untuk menambah pembelian buku atau biaya belajar yang lain.

HP yang seperti kacang goreng harganya memang sangat memungkinkan untuk bisa dibeli mahasiswa STIS Hidayatullah. Bahkan rata-rata HP sitaan dari mahasiswa STIS Hidayatullah merek dan typenya lebih keren daripada HP para gurunya. Kog bisa? Namun sangat sulit untuk bisa membayar uang fotocopy buku yang harganya hanya puluhan ribu padahal harga HP tentu ratusan ribu. Ini fenomena yang menarik untuk dikaji tentunya.

Pihak pengurus pesantren berusaha meminimalisir penggunaan HP dengan mengadakan razia di asrama pada saat tertentu. Hal ini sudah dilakukan beberapa kali dan mendapatkan banyak HP dari lemari mahasiswa STIS Hidayatullah. HP sitaan ini tentu tidak dikembalikan kepada pemiliknya. Dari HP sitaan tersebut bisa diketahui tingkat frekwensi komunikasi mahasiswa STIS Hidayatullah melalui HP yang di atas kewajaran. Saat awal-awal HP disita maka setiap saat ada yang berbunyi, entah SMS maupun panggilan.

Kemudian kualitas dari SMS yang dibuka juga tidak jauh dari komunikasi dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya dan bernada mesrah. Ada yang sudah memanggil abi dan umi, sayang dan manis, rindu dan kangen. Setiap saat menanyakan kabar tentang masalah keseharian" Kakak sudah makan? Bagaimana belajarnya? Mas sudah mengajikah? Bagaimana shalat lailnya? " sekilas SMS tersebut baik sebagai bentuk perhatian atau amar makruf nahi mungkar mungkin.

Namun motivasi, tujuan dan rasa yang diakibatkan terasa beda. Getar-getar yang dirasakan bukan karena takut kepada Allah tapi getar-getar rasa yang lain. Pelarangan memiliki HP bukan pesantren yang pertama dan satu-satu di dunia yang melakukan. Ini sudah menjadi kewajaran bagai institusi yang menginginkan anak didiknya baik.

Di banyak pesantren di Jawa telah lama melarang mahasiswa STIS Hidayatullah, di sekolah-sekolah Singapura, Bandung juga telah lama membatasi pengunaan HP minimal tidak boleh membawanya ke sekolah. Para pengelola pesantren dan sekolah juga telah merasakan efek negatif yang besar dibandingkan kemamfaatannya. Salah satunya konsentrasi belajar di kelas sangat terganggu prestasi belajar menurun. Akibat lebih parahnya adalah pergaulan bebas dengan transfer foto porno antar HP mereka yang sering terjadi di kalangan siswa.

Ada satu hal yang seharusnya dilakukan yaitu para semua pihak, bapak-bapak dan pihak-pihak yang tidak terlarang memakai HP sebaiknya tidak secara demonstratif memakai HP di depan anak-anak atau di tempat umum. Sungguh sangat tidak bijaksana menggunakan HP dengan asyik saat dimasjid sampai menjelang iqomah kemudian setelah salam dibuka kembali. Sementara tuntunan yang benar untuk mengisi kegiatan antara adzan-iqomah adalah berdoa, membaca al-Qur'an, dzikir dan bukan ber-HP ria. Seberapa pentingnya orang SMS atau memanggil untuk menunggu beberapa saat setelah shalat.

Ironisnya lagi ada yang berganti-ganti HP dan senantiasa bermain game di HP secara over dan demonstratif. Hal itu tentu mengundang penasaran dan ingin memiliki juga. Fenomena seperti tersebut yang menjadi peraturan pelarangan HP menjadi tumpul untuk penerapannya. Terlepas dari itu semua, mungkin ada yang lagi euforia atau baru mengenal HP atau memang dia orang yang sangat penting sehingga setiap saat harus dibawa dan diaktifkan.

Selanjutnya harus ada program pemahaman tentang tehnologi manfaat dan resikonya. Pemahaman itu penting untuk memberikan imunitas atau kekebalan bagi mahasiswa STIS Hidayatullah terhadap tehnologi tersebut. Sebab cepat atau lambat, langsung ataupun tidak langsung mereka juga bersentuhan dengan tehnologi terutama HP.

Sederhananya bagaimana mahasiswa STIS Hidayatullah mempunyai pemahaman yang benar sehingga bisa menggunakan HP sebagaimana mestinya sebagaimana para ustadz yang dipercaya menggunakan HP.  Perkembangan zaman yang cepat ini menjadi tantangan generasi mahasiswa STIS Hidayatullah ke depan sangat berat. Generasi ke depan akan berhadapan dengan high-Tech yang harus ditundukkan.

Sehingga tidak mungkin STIS Hidayatullah terus bertahan dengan pola "pembebasan atau sterilisasi" dan berteriak "ini tidak boleh, itu tidak boleh, dilarang, jangan ini dan jangan itu". Sementara di belakang kita, mereka melanggar.

Melelahkan sekali mengawal sebuah peraturan yang tidak didukung oleh sistem dan pemahaman yang sama. Pensiasatan lain juga masih memungkinkan dengan bekerja sama dengan semua operator untuk bisa mengakses semua pembicaraan dan sms yang terjadi di HP wilayah pesantren. Ada solusi yang yang diberikan STIS Hidayatullah agar mahasiswa tetap bisa berkomunikasi dengan orang tua atau temannya. STIS Hidayatullah menyediakan 2 HP di asrama yang bisa digunakan oelh mahasiswa di hari Senin sampai Rabu dengan cara mendaftar dan membayar pulsa yang dihabiskan. Kemudian juga masih dibatasi durasinya tidak lebih dari 20 menit dan hanya sekali dalam sepekan.

Kata kunci yang harus dipegang oleh mahasiswa STIS Hidayatullah, pelegalan pemakaian HP hanya masalah waktu saja, suatu saat nanti mereka juga bisa mmemilikinya. Jangan dipertaruhkan kekaderannya selama beberapa tahun hanya dengan masalah HP yang harganya tidak seberapa.

TAMBAHAN INFO DARI SYAHID.COmRemaja Gemar SMS Lakukan Seks Lebih Dini
Thursday, 18 November 2010 06:50
E-mail Print PDF
Remaja yang mengirimkan lebih dari 100 SMS per harinya memiliki kecenderungan lebih besar untuk melakukan hubungan seks
Hidayatullah.com--Kegandrungan terhadap gadget yang memudahkan hidup telah merambah semua kalangan, tak terkecuali kaum remaja. Misalkan saja ponsel yang tampaknya telah dimiliki hampir semua remaja. Namun, berhati-hatilah terutama Anda orang tua yang telah memiliki anak remaja. Menurut hasil sebuah penelitian, ditemukan bahwa remaja yang suka ber-SMS ria lebih cenderung untuk melakukan seks.

Menurut penelitian itu, remaja yang mengirimkan lebih dari 100 SMS per harinya memiliki kecenderungan lebih besar untuk melakukan hubungan seks dan menggunakan narkoba. Aktivitas ber-SMS yang terbilang berlebihan di kalangan remaja, ditengarai para peneliti, membuat remaja lebih rentan terhadap perilaku buruk lainya seperti merokok, minum alkohol, berkelahi, dan berhubungan seksual, menurut studi yang telah dirilis oleh Akademi Ilmu Kesehatan Universitas Case Western Reserve, Cleveland, Ohio.

Kesimpulan itu didapat berdasarkan hasil survei terhadap 4.200 siswa dari 20 sekolah menengan atas di Cleveland pada tahun lalu. Ditemukan, aktivitas SMS yang tergolong berlebihan ditemukan pada 19,8 persen siswa tersebut. Sebagian besarnya ternyata perempuan yang berasal dari ekonomi kalangan menengah ke bawah, minoritas, dan dibesarkan oleh orang tua tunggal.

Jika dibandingkan dengan mereka yang biasa saja dalam ber-SMS, sebesar 40 persen siswa yang hobi SMS lebih cenderung untuk mencoba rokok dan dua kalinya lebih cenderung mencoba minuman beralkohol. Lebih dari separuhnya bahkan lebih rentan mengalami perkelahian dan sepertiganya lebih rentan terhadap hubungan seksual.

Dr Scott Frank, ketua penelitian studi ini menuturkan, orang tua semestinya lebih waspada akan bahaya kesehatan akibat aktivitas SMS ini."Di balik kecangggihan teknologi, teryata dampak buruk terhadap remaja sangatlah berbahaya," katanya.

Untuk itu, ia menyarankan agar orang tua bisa menjaga anak mereka. Bukan dengan melarangnya menggunakan ponsel atau mengikuti situs jaringan sosial, melainkan dengan mengawasi agar mereka tidak berlebihan dalam menggunakannya. [MI/hidayatullah.com]

 

Wallahu a'lam bish Shawwab.




Baca juga yang ini :

- Penasehat Akademik
- Rekrutmen Dosen baru STIS Hidayatullah
- Wajah Baru Kampus STIS Hidayatullah Putri
- Mabit ala BEM STIS Hidayatullah Putri
- Ikhtiar itu Memberi Harapan


Komentar

junot
08 Desember 2010 - 15:06:54 WIB

wah jangan di dengerin aja


Beri Komentar
Nama :
Website :
    Ex: www.stishidayatullah.ac.id (tanpa http://)
Komentar :
   
    (Masukan 6 digit kode diatas)
   
Cari





Copyright © 2010 by STIS Hidayatullah Balikpapan. Desain by Imran Kali Jaka All Rights Reserved.
e-mail : [email protected] | [email protected]