Yang Unik dari Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia
Setiap bahasa tentunya memiliki perbedaan. Namun tak jarang terdapat persamaan diantara bahasa tersebut. Demikian halnya antara bahasa Indonesia dan bahasa Arab, diantara keduanya terdapat persamaan dan perbedaan yang tak sedikit. Berikut ini beberapa perbedaan "unik" yang iseng dikumpulkan oleh para peserta Daurah Metode Pengajaran Bahasa Arab di Ummul Qura, Makkah.
Ana menyebutnya "unik" dan "iseng" sebab masalah ini tidak terdapat dalam buku pelajaran bahasa Arab apapun, semata berasal dari pengalaman berinteraksi dengan bahasa Arab selama ini. Kumpulan perbedaan tersebut lalu menjadi bahan diskusi pada materi Anashir Lughah wa Mufradatuha (Unsur Bahasa dan Kosakatanya) yang dipandu oleh Syaikh Muhammad bin Hammad al-Qurasyi, seorang Doktor Bahasa Ummul Qura, Makkah.
Pertama : bahasa Arab terkadang memakai kata "kepala" untuk menunjukkan jumlah atau hitungan. Sebaliknya, bahasa Indonesia justru lebih senang memakai "ekor" untuk tujuan yang sama. Contoh:
Arab : indiy 50 ra'san min al-ghanam (saya memiliki 50 kambing). ra'san = kepala.
Indonesia : saya memiliki 50 ekor kambing. kalo diarabkan jadinya indiy 50 dzailan min al-ghanam. dzail= ekor
Kenapa bisa berbeda ya? Diantara peserta daurah lalu ada yang nyeletuk, mungkin orang Arab waktu menghitung dari arah depan, jadi yang nampak adalah kepalanya. Sedang orang Indonesia dapat buntutnya sebab mereka senangnya menghitung dari belakang hehe..
Kedua : untuk urusan waktu, bahasa Arab lebih mendahulukan waktu malam daripada siang, kebalikan dari bahasa Indonesia yang menyebut siang baru malam.
Arab : lailan wa naharan (malam dan siang)
Indonesia : siang dan malam (naharan wa lailan)
Ketiga : untuk urusan bepergian, bahasa Arab menyebut pergi lalu pulang. Sebaliknya bahasa Indonesia memilih pulang dulu baru pergi (lagi).
Arab : dzihaban wa iyyaban (pergi pulang) PP
Indonesia : pulang pergi (iyyaban wa dzihaban) PP
Keempat : ada sisi kejiwaan yang positif (tafa'ul) dalam ungkapan kata bahasa Arab yang jarang dimiliki oleh bahasa Indonesia.
Arab : mustasyfa (tempat beroleh sehat dan kesembuhan), berasal dari kata istasyfa-yastasyfi (memohon kesembuhan)
Indonesia : rumah sakit (kalo diterjemah bebas jadinya bait al-maridh)
Meski bangunan secara fisik dan tujuannya sama, tapi ada nilai optimis dan tawakkal yang benar ketika seorang pasien masuk mustasyfa bukan masuk rumah sakit. Diantara peserta urah lalu ada yang berkelakar, makanya pasien di Indonesia setiap waktu makin bertambah banyak dan bertambah sakit karena mereka masuk rumah sakit hehe..
Kelima : dalam hal menentukan arah, ternyata kedua bahasa ini berbeda juga lagi. Khususnya ketika ada orang yang tidak jelas arah pembicaraannya (asal bicara). Bahasa Arab memilih arah timur dan barat, sedang bahasa Indonesia menyukai utara dan selatan.
Arab : hadza ar-rajulu yusyarriq wa yugharrib fi kalamihi faqath (lelaki itu hanya asal nyerocos saja dalam pembicaraannya). Yusyarriq = mentimurkan, yugharrib = membaratkan
Indonesia : orang itu bicaranya cuman ngalor ngidul saja. Ngalor = utara, ngidul = selatan. Jadinya dalam bahasa Arab berubah menjadi yusyammil wa yujannib.
Keenam : sebagai bahasa al-Qur'an, bahasa Arab sarat dengan pesan-pesan aqidah yang sangat aplikatif. Lain halnya bahasa Indonesia yang hanya sebatas untuk keperluan komunikasi saja. Sebut sebagai contoh misalnya, ungkapan yang menyatakan "saya telah sembuh dari sakit/ penyakit"
Arab : alhamdulillah, ana syufitu min al-maradh (saya disembuhkan dari sakit/ penyakit). Kalimat ini memberi pesan tersirat jika ada Zat yang Berkuasa menyembuhkan dan memberikan kesembuhan. Sedang manusia hanyalah sebatas berusaha saja.
Indonesia : alhamdulillah, saya telah sembuh dari penyakit.
Sadar tidak sadar, dengan ungkapan kalimat seperti ini terkadang manusia lalu lalai untuk mengingat kenapa ia bisa sakit dan mengapa ia bisa sembuh kembali. Wallahu a'lamu
Bersambung insya Allah
***
Silakan para ustadz menanggapinya. Semoga bermanfaat
Masykur
Distrik Aziziyah Utara, Makkah, 09 Juli 2012 pukul 14.35
Baca juga yang ini :
- kata Tadarrus dan Tadarus
- kata Luth dan Liwath
- KERJA BAKTI SEBAGAI MATA KULIAH
- PENGECORAN AKBAR DI HIDAYATULLAH
- MENANAMKAN IDEALISME

24 Agustus 2012 - 14:56:11 WIB
informasi yang sangat menarik, semoga bermanfaat, dan terimkasih untuk informasinya :-)