KEMATIAN SANTRI SENIOR LAGI
Ahad, 16 September 2012 jam 04.00 pagi hari, masuk pesan pendek ke HP dan diumumkan di mimbar masjid bada Subuh. Innalillahi wa inna ilaihi roji'iun, telah berpulang ke rahmatullah kader awal Hidayatullah ustadz Darul Ihsan Arif, mohon doa seluruh jamaah semoga amal kebaikan beliau diterima Allah.
Sebenarnya bukan berita baru tentang kematian. Setiap bulan ada saja pengumuman kematian di masjid ar-Riyadh, bahkan di masjidil Haram setiap hari ada terus jenazah yang dishalatkan di dekat Ka'bah dan setiap detik ada orang yang dipanggil Alllah di dunia ini. Tapi selalu ada yang berbeda ketika yang meninggal dunia tersebut adalah orang sholeh, orang yang kita kenal atau saudara kita sendiri. Interaksi dan komunikasi yang selama ini pernah terjadi, seperti baru terjadi beberap hari yang lalu dan sekarang sudah terhalang dengan kematian.
Kematian orang dekat karena kedekatan biologis, geografis maupun idiologis menjadikan kesan mendalam. Kedekatan ini juga bisa mengantar dekat dengan Allah swt dengan merasakan kebesaran dan kekuatan Allah. Rasa duka dan belasungkawa sangat terasa berat oleh orang-orang terdekat dari jenazah yang sebentar lagi dikubur.
Kematian memberi pelajaran bagi orang-orang yang masih hidup. Pelajaran untuk mengambil ibrah tentang berharganya kehidupan di dunia ini, pelajaran untuk bisa lebih memaksimalkan waktu yang masih ada untuk beribadah dan beramal sholeh semaksimal mungkin. Sebab cepat atau lambat kematian itu pasti akan menghampiri setiap orang. Tidak ada yang bisa menghindar dan menunda jika sudah datang malaikat maut datang kepada kita.
Kematian tetap sebuah kematian, artinya kita harus yakin Allah menempatkan pada kedudukan yang layak sesuai dengan amal kebaikannya. Penyesalan tidak banyak menyelesaikan atau meringankan bebannya dan tidak mungkin menjadikan dia hidup kembali. Hal yang terpenting adalah menghidupkan kembali spirit dan kiprah mereka.
Ada rekam jejak amatiran bahwa perjalanan Hidayatullah yang telah memasuki tahun empat puluhan maka satu persatu tokoh-tokoh atau perintis-perintis Hidayatullah dipanggil oleh Allah. Ini adalah sunnatullah karena jatah umur yang sudah cukup, hampir dua tahun sekali paling lama, ustadz-ustadz senior Hidayatullah meninggal dunia. Ironisnya dalam waktu dua tahun, belum ada kepastian lahirnya generasi yang sekwalitas ustadz senior tersebut.
Kematian seorang tokoh, senantiasa menyisakan kegalauan, adakah generasi pelanjutkan yang sudah siap untuk mengambil alih perannya. Terasa sekali ada yang hilang dari meninggalnya seorang tokoh terutama masalah peran dan pemikirannya yang mahal. Inilah PR yang harus diselesaikan generasi pelanjut, memepertahankan dan meningkatkan hasil karya perjuangan generasi terdahulu.
Merekalah yang merasakan pahitnya perjuangan untuk merintis, memulai dakwah Islam di daerah-daerah sulit. Mereka yang menghadapi tantangan dari mewujudkan yang tidak ada menjadi ada, tanpa ada fasilitas dan imbalan yang memadai. Mereka yang pernah terusir, tercibirkan oleh masyarakat karena tugas dakwah yang diembannya.
Sementara generasi akhir ini tinggal menikmati manisnya hasil perjuangan mereka. kalaulah merasakan kesulitan tidak sesulit mereka dahulu, kalau terasa pahit juga tidak sepahit awal-awal perintisan, jika menderita juga tidak akan bisa menyamai penderitaan orang-orang yang telah menjual dirinya untuk perjuangan Islam ini. Kesungguhan dan keikhlasan mereka sulit ditandingi oleh generasi pelanjut. Kematian serorang tokoh harus diiringi lahirnya seorang tokoh dari generasi muda sekarang. Allahu akbar. Wallahu a'lam bish shawwab.
Baca juga yang ini :
- KEBEBASAN
- PENCERAHAN PEMIMPIN
- PEMIMPIN HARUS CEREWET
- KESIMBANGAN IBADAH DAN MUAMALAH
- IBU ENERGIK
