MEMUDARNYA KADER IDEOLOGIS

Pada tulisan kemaren, sempat disinggung sedikit tentang memudarnya kader ideologis oleh perputaran zaman. Entah sudah begitu taqdirnya atau sunnatullah seperti itu bahwa di dunia ini tidak yang abadi, termasuk adanya kader ideologis. Mereka juga mahluk yang memang ada batas umurnya dan terbatas kemampuannya.

Keterbatasan kemampuan untuk mentransfer atau mewariskan ideologi kepada generasi pelanjut. Sebab ini bukan hitungan matematika yang penambahan dan pengurangannya sudah jelas rumus dan hasilnya. Transformasi ideologi bukan variabel tunggal tapi multi variabel dalam proses yang akan menentukan hasilnya.

Terkadang ada pembandingan yang kurang fair antara kualitas generasi awal dengan generasi pelanjut. Walaupun sebenarnya ini sebuah tuntutan yang wajar yang dilandasi kekhawatiran untuk kelanjutan organisasi ke depan. Pembandingan yang kurang fair karena tidak melihat situasi, kondisi, tempat dan zaman yang berbeda.

Bukankah sayyidina Ali pernah mengatakan bahwa didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya. Artinya perbedaan zaman juga akan mengakibatkan perbedaan kebutuhan dan kualitas seseorang untuk menghadapinya. Sehingga parameter ukur tentu tidak pada fisik tapi subtansi nilai yang terkandung didalamnya.

Perbedaan kader awal dan pelanjut adalah sebuah keniscayaan. Karena adanya perbedaan kualitas siapa yang mengkader dan yang dikader. Sebab jika boleh berandai-andai, belum tentu kader awal bisa eksis jika hidup menjadi kader pelanjut dan sebaliknya juga kader pelanjut juga belum tentu bisa bertahan jika berada di zaman generasi awal yang penuh penderitaan. Meskipun hal ini tidak bisa dijadikan pembenaran untuk memudarnya kualitas kader ideologis.

Hal inilah yang harus menjadi kesepakatan antara subtansial dan formalitas. Artinya harus ada yang berubah mengikuti perkembangan zaman tapi ada yang prinsip yang tidak boleh berubah dari seorang kader ideologis. Perkembangan zaman terkait dengan tehnologi, bentuk dan tehnis kegiatan yang bersifat fleksibel, sebab jika tidak zaman akan melindasnya.

Kemudian subtansi kader ideologis terkait dengan mentalitas dan kualitas yang harus sama atau lebih baik. Mentalitas yang tahan banting dan komitmen tinggi untuk memajukan organisasi apapun resikonya. Kualitas juga harus terjaga, sebab bukan kader ideologis jika tidak memiliki kualitas di atas rata-rata. Jika rendah kualitas biasanya menjadi kader oportunis dan sekedar ikut-ikutan karena tidak bisa memberi kontribusi maksimal untuk kemajuan organisasinya.

Inilah yang berat dalam menjaga dan melahirkan kader ideologis di tengah hantaman kerasnya gelombang zaman dan paham kapitalisme yang mendominasi dunia saat ini. Godaan gemerlapan dan manisnya dunia banyak menggelincirkan kader ideologis menjadi terperosok di akhir hidupnya.

Mereka bisa tahan dengan kesulitan, situasi yang berat dan kondisi serba kekurangan. Tapi terlena dan tidak berdaya ketika kondisi lapang dan fasilitas yang melimpah disekitarnya. Ada yang merasa sudah capek menderita, ada yang berfikir sudah saatnya menikmati hasil perjuangan dan mungkin ini bagian dari strategi perjalanan organisasi. Di sinilah peran pentingnya seorang pemimpin dan figur-figur yang tidak hanya menjadi contoh tapi harus cerewet dalam mengawal perjalanan ideologi dan mengantar kader-kader ideologis. Wallahu a'lam bish shawwab.




Baca juga yang ini :

- MELAHIRKAN KADER IDEOLOGIS
- KADER BIOLOGIS, AKADEMIS DAN IDEOLOGIS
- DILEMATIS PENDIDIKAN ISLAM
- KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM
- KESADARAN SHALAT LAIL


Komentar


Beri Komentar
Nama :
Website :
    Ex: www.stishidayatullah.ac.id (tanpa http://)
Komentar :
   
    (Masukan 6 digit kode diatas)
   
Cari





Copyright © 2010 by STIS Hidayatullah Balikpapan. Desain by Imran Kali Jaka All Rights Reserved.
e-mail : [email protected] | [email protected]