MERETAS MORALITAS MAHASISWA(2)

Sungguh bukan pekerjaan mudah meretas moralitas mahasiswa. Paling tidak ada dua hal yang dibahas moralitas dan mahasiswa. Keduanya adalah unsur yang saling menguatkan antara yang satu dengan yang lain. Moralitas jika disandang oleh seorang mahasiswa maka juga akan melahirkan efek positif yang luar biasa, sebaliknya mahasiswa tanpa moralitas maka juga akan berakibat fatal bagi kehidupan bangsa ini saat sekarang dan masa datang.

Krisis moralitas yang penulis kupas pada tulisan kemarin belum menyentuh pada rumitnya pembentukan moral. Membentuk moral tidak semudah transfer ilmu pengetahuan atau informasi. Untuk memahami dan menguasai ilmu pengetahuan relatif lebih ringan karena komponen pokoknya adalah kecerdasan intelektual. Sehingga untuk mendapatkan Indek Prestasi comloude banyak yang bisa meraihnya.

Realitanya adalah banyak mahasiswa yang secara intelektual cerdas, kemampuan akademik juga di atas 3.00 dan banyak buku sudah dilahap untuk dikajinya. Namun hal tersebut bukan jaminan mereka memiliki moral yang baik. Bahkan orang yang sudah beberapa kali mengikuti penataran P4 (Pedoman penghayatan dan Pengamalan Pancasila), bahwa mereka memiliki jiwa pancasialis atau paling bermoral. Instrukturnya juga masih ada yang terlibat korupsi.

Sehingga sepertinya tidak ada hubungan antara kemampuan akademik dan kecerdasan intelektual dengan moralitas. Ini terjadi ketika moralitas hanya ditempatkan sebagai ilmu pengetahuan saja atau sekedar informasi. Sehingga tidak nyaris tidak ada pengaruh ilmu moralitas terhadap moral yang dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi pembentukan moralitas tidak bisa hanya dibentuk di bangku-bangku formalitas kuliah. Tapi perlu ruang-ruang non formal dan kontrol sosial yang ketat terhadap prilaku mahasiswa di luar jam kuliah. Ruang-ruang non-formal seperti kegiatan ibadah, olah raga bersama, silaturahim. Proses transfernya juga tidak dengan doktrin, seminar, workshop, ceramah saja tapi dengan keteladanan prilaku kehidupan sehari-hari dari para pendidik atau dosen.

Moralitas dari orang-orang yang terlibat dalam kampus perguruan tinggi dari security, pegawai dan dosen harus menjadi alat peraga dari moral yang nyata dan baik. Sehingga moralitas bukan sekedar wacana, ilmu pengetahuan atau bahan diskusi saja tapi nampak dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Kemudian, ketika moralitas harus dibangun kepada mahasiswa seolah sudah tidak perlu lagi. Artinya pemahaman selama ini pembentukan moral itu untuk anak-anak atau remaja yang memang mereka membutuhkan bimbingan dan pendampingan terkait dengan moral. Sementara mahasiswa, konon mereka adalah anak muda yang berjiwa bebas, dewasa dan idealis terasa janggal untuk membentuk moralitas karena seharusnya mereka sudah jadi dan harus bermoral karena sudah melewati jenjang pendidikan dari dasar hingga menengah yang sarat dengan penanaman moralitas.

Namun ternyata setelah melihat realita kehidupan mahasiswa dengan berbagai masalah yang melingkupinya akhir-akhir ini. Terutama masalah krisis moral dengan kasus tawuran, narkoba, kriminalitas, dan seks bebas. Mereka bukan lagi oknum karena kejadiannya berulang kali dan banyak melibatkan mahasiswa di banyak perguruan tinggi. Maka masalah pembentukan moral harus menjadi prioritas utama.

Secara umum membentuk moralitas itu berat dan lebih berat lagi untuk di kalangan mahasiswa. Sebab moralitas bukan sekedar teori tapi membutuhkan kesadaran, pendampingan dan kontrol yang ketat untuk membentuknya. Sementara untuk mahasiswa yang merasa dewasa secara umur dan intelektual tapi mental masih labil sehingga perlu kerja keras untuk membentuknya.

Komitmen, adalah salah satu kuncinya. Yaitu saat menjadi mahasiswa baru harus berkomitmen untuk mentaati aturan-aturan perguruan tinggi yang terkait dengan moralitas yang dibuat oleh pihak perguruan tinggi. Mereka harus diikat dengan komitmen dengan segala konskwensinya jika melakukan tindak pelanggaran di kampus maupun luar kampus terkait dengan moralitas.

Ini harus dimulai dari komitmen dari pihak civitas akademika yang berpihak dan sepakat tentang pentingnya moralitas ditegakkan di kampus. Sebab tanpa ada kekompakan perguruan tinggi yang didukung dalam bentuk visi, misi, program, kurikulum, sistem dan nilai dasar yang kuat maka moralitas hanya sebagai nyanyian atau wacana belaka.

Kampus bukan hanya mencetak manusia yang memiliki intelektualitas tinggi tapi moralitas rendah. Sebab intelektual tanpa moral maka tidak ada gunanya di tengah masyarakat bahkan menjadi benalu dan minimal sampah masyarakat. Moral adalah nilai dan bentuk pengamalan dari keyakinan dan ilmu yang dimiliki oleh seseorang. Secara umum orang yang tidak bermoral adalah tidak berilmu tapi juga bukan jaminan orang berilmu itu bermoral karena ilmu dan moral masih ada tali yang menghubungkan yaitu sebuah kesadaran.

Kesadaran terkadang harus paksaan dengan aturan dan komitmen. Setelah menjadi kebiasaan maka akan menjadi karakter karena telah merasakan nikmatnya menjadi mahasiswa yang bermoral dan mulianya bisa menjaga moral baik di hadapan Allah maupun di tengah masyarakat. Wallahu a'lam bish shawwab

 

 

 

 

 

 




Baca juga yang ini :

- MEMBANGUN MORAL MAHASISWA
- JATI DIRI MAHASISWA
- MAHASISWA: SELEBRITIS, PRAGMATIS, AKTIFIS
- TAWURAN MAHASISWA, EVALUASI KAMPUS?
- MUJAHID PENA


Komentar

Beri Komentar
Nama :
Website :
    Ex: www.stishidayatullah.ac.id (tanpa http://)
Komentar :
   
    (Masukan 6 digit kode diatas)
   
Cari





Copyright © 2010 by STIS Hidayatullah Balikpapan. Desain by Imran Kali Jaka All Rights Reserved.
e-mail : [email protected] | [email protected]