MENGABADIKAN DIRI DENGAN PENA

Jika anda bukan anak raja,

Dan anda juga bukan anak saudagar kaya raya

Maka menulislah,....

Sindiran di atas adalah salah satu yang membuat penulis tergelitik untuk terus menulis. Bukan karena kecewa karena bukan anak raja atau orang tua tidak kaya raya namun manusia memang harus mencari dan membentuk jati diri sendiri. Meskipun anak raja atau anak orang kaya jika tidak mampu menapaki prestasi dan kemampuan sebagaimana orang tuanya maka juga kehancuran yang akan didapatkannya.

Menulis bukan sekedar hobbi tapi sebagai sarana untuk ekspresi, baik pemikiran, ide, gagasan atau pandangan yang dimiliki. Dengan menulis maka ada wadah untuk menampung semua yang ada dalam hati, pikiran dan perasaan ini. Tentu ini lebih positif dan produktif dibandingkan dengan melamun atau menghayal yang tidak jelas ujung pangkalnya.

Menulis sebenarnya bukan keahlian tapi kebiasaan. Artinya hampir semua orang mampu menulis hurup demi untuk menjadi kata. Kemudian kata dirangka dengan kata menjadi kalimat. Selanjutnya kalimat dikumpulkan dengan kalimat yang lain menjadi paragraf atau alenea. Akhirnya kumpulan beberapa alenea menjadi sebuah tulisan yang berjudul dan bermanfaat.

Apalagi sekarang, dengan pena atau alat yang sudah canggih seperti komputer, laptop, notebook, Ipad dan entah apalagi inovasi para ahli selanjutnya. Manusia modern termanjakan untuk bisa semakin mudah untuk menulis, mengedit, memplubikasikan tulisannya.

Namun ternyata dalam kenyataannya tidak mudah untuk menulis. Karena mengeluarkan apa yang dipikirkan, dirasakan, diinginkan dalam bentuk tulisan itu sulit. Lebih mudah untuk mengeluarkan dalam bentuk suara yaitu ceramah, mengobrol atau mengomel ke sana-ke mari. Inilah kesulitan kalau memang ada yang dikatakan sulit, tapi itu sangat tergantung dengan kebiasaannya selama ini yang dilakukan.

Logikannya begini, pertama semua manusia pasti memilki informasi, pengetahuan, gagasan atau keinginan yang ada dalam dirinya masing-masing. Ini adalah pasti, sebodoh apapun orang tersebut, meskipun dia bertapa di tengah hutan yang gelap gulita sendirian maka pasti ada yang dipikirkan dan informasi yang didapatkan, entah dari bisikan jin, hantu atau yang lain.

Kedua, ketika memiliki itu semua di atas maka kecenderungan manusia itu ingin berbagi atau ingin mengeluarkan informasi, pengetahuan dan gagasan tersebut kepada orang lain. Ini sunnatullah karena manusia sebagai mahluk sosial yang saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain.

Ketiga, ada terkait dengan cara untuk berbagi informasi atau mengeluarkan pikiran,uneg-uneg dan gagasan itu yang berbeda-beda. Ada yang tidak beraturan seperti mengobrol ngalur-ngidul, gosip, lempar isu. Ada yang lebih terstruktur yaitu dengan berceramah, pidato, diskusi dan orasi di mana-mana. Selanjutnya ada yang menuliskannya, itupun juga ada dua yaitu dengan corat-coret di dinding atau tempat-tempat yang bukan tempatnya. Dan ada yang menulis dalam bentuk karya tulis.

Ada perbedaan yang mencolok antara penyaluran lewat lesan dan tulisan. Lesan mungkin bisa secara spontan dan langsung bisa dimengerti oleh pihak kedua (yang diajak bicara). Tapi kelemahannya terbatas orang yang bisa diajak bicara, sulit untuk merevisi atau klarifikasi jika ada kesalahan ucap, kesulitan untuk mengulang hal pembicaraan yang sama untuk tempat dan di waktu yang lain karena pasti ada bisa karena tidak semua bisa diingat persis. Meskipun sekarang ada rekaman tapi fleksibilitasnya rendah utnuk bisa dinikmati banyak orang.

Adapun penyaluran lewat tulisan bisa dinikmati oleh sebanyak-banyaknya orang walaupun beda tempat dan waktunya,apalagi jika dicetak ulang berkali-kali dan disebarkan seluruh pelosok dunia. mudah untuk klarifikasi dan tidak sulit untuk merevisi ulang jika ada kesalahan dalam penulisan, sehingga ada edisi revisi.

Tulisan mengabadikan penulis, meskipun penulis telah meninggal tapi tulisan masih menjadi sebuah karya yang hangat untuk dibaca oleh generasi berikutnya. Sebagaimana hari ini kita membaca karya-karya ulama klasik yang sudah lama meninggal seperti kitab-kitab tafsir, hadist, shirah yang pengarang sudah lama meninggalkan dunia ini tapi karya masih tersebar di dunia ini. Wallahu a'lam bishawwab.

 




Baca juga yang ini :

- MERETAS MORALITAS 4
- MERETAS MORALITAS 3
- MERETAS MORALITAS (2)
- MEMBANGUN MORAL MAHASISWA
- JATI DIRI MAHASISWA


Komentar

Beri Komentar
Nama :
Website :
    Ex: www.stishidayatullah.ac.id (tanpa http://)
Komentar :
   
    (Masukan 6 digit kode diatas)
   
Cari





Copyright © 2010 by STIS Hidayatullah Balikpapan. Desain by Imran Kali Jaka All Rights Reserved.
e-mail : [email protected] | [email protected]