BOARDING SCHOOL SOLUSI MORALITAS (2)
Sudah menjadi kesepakatan pemahaman semua ahli pendidikan bahwa pembentukan moralitas tidak terjadi secara otomatis semenjak manusia lahir, juga tidak dalam waktu singkat atau instan. Namun terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam pembentukan moralitas dengan berbagai upaya untuk mengubah sikap ke arah kecenderungan terhadap nilai-nilai kebaikan.
Satu hal yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa moralitas itu dapat dibentuk melalui usaha-usaha yang sistematis dan berencana, sehingga manusia dapat mengusahakan terbentuknya moralitas seperti yang diharapkan. Pembentukan moralitas tidak terjadi secara spontan, tetapi diantaranya disebabkan oleh adanya rekayasa pendidikan yang tersistem dengan hubungan yang intens antara pendidik, peserta didik, materi pendidikan dan sistem lingkungannya.
Boarding school sebagaimana tulisan pertama kemarin bahwa ini adalah salah satu alternatif pendidikan. Penulis tidak berani mengatakan satu-satunya alternatif untuk meretas moralitas peserta didik. Karena ada beberapa penemuan dan konsentrasi beberapa pakar pendidikan yang melakukan altenatif, seperti full day school dan sekolah terpadu atau integral.
Tidak semua boarding school atau sekolah berasrama juga berhasil meretas moralitas peserta didiknya. Artinya ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk boarding school yaitu sumber daya manusia, infrastruktur dan sistem yang dibangun didalamnya. Jika tidak memenuhi persyaratan tersebut maka boarding school menjadi boring school (sekolah yang membosankan) atau menjadi kos-kosan yang hanya untuk singgah makan dan tidur dengan tanpa aturan yang membentuknya.
Sumber daya manusia artinya adalah manusia yang berdaya. Karena tidak semua manusia mempunyai daya dalam arti kekuatan. Dalam dunia pendidikan terutama di asrama harus memiliki banyak kekuatan. Diantaranya adalah kekuatan ilmu dan skill, akhlaq, mental peduli dan berani. Sebagai pendidik memang tidak hanya bisa mengandalkan intelektual saja.
Dunia pendidikan adalah mengantarkan manusia menjadi manusia yang sebenarnya. Jadi subyek dan obyek pokok dalam pendidikan adalah manusia. Sehingga manusia yang berdaya adalah keharusan adanya. Terutama tenaga pendidiknya sebagai perancang, penggerak, pengendali dan pengawas peserta didik. Sebab boarding school memiliki kompleksitas problematika yang rumit dari bangun tidur hingga tidur lagi.
Boarding school adalah membuat miniatur masyarakat berpendidikan yang diprogram secara sengaja dan tersistematis. Ini adalah jawaban dari perkembangan masyarakat luas yang tidak lagi terkendali dan terpimpin untuk menjadi kontrol sosial sebagaimana yang diharapkan.
Kontrol sosial dalam boarding school adalah kunci penting untuk membentuk moralitas peserta didik. Bentuk kontrol sosial tentu bukan hanya aturan, undang-undang yang hitam di atas kertas putih. Karena sebenarnya semua masyarakat memiliki aturan tapi tidak berjalan atau bertaji untuk sekedar mengawasi.
Artinya harus ada komitmen mengikat dari semua peserta didik di boarding school untuk mengikuti program dan mentaati peraturan. Sebab program adalah sistem yang mengarahkan pembentukan moralitas dan peraturan adalah seperangkat aturan yang menjaga dari penyimpangan moralitas. Ada konskwensi logis untuk siap dihukum jika ada pelanggaran karena tidak mengikuti progam dan melanggaran aturan yang disepakati.
Inilah yang membedakan dan menjadi nilai lebih boarding school bila dibandingkan dengan sekolah-sekolah biasa yang hanya fokus di kelas dengan konsentrasi pendidikan pada aspek intelektualitas. Padahal kelas hanyalah ruang formal yang terbatas waktunya dan intelektual adalah bagian kecil dari kehidupan manusia dalam bermasyarakat.
Kemudian keberadaan boarding school juga berbeda dengan rumah biasa. Artinya boarding school adalah rumah besar dengan anggota keluarga yang besar. Pembagian pekerjaan rumah juga terencana dan terevaluasi. Sehingga relatif orang tua yang menyekolahkan anaknya di boarding school sangat terbantu karena terawasi dan terbimbing.
Resiko dari boarding school adalah menyediakan sumber daya manusia yang tangguh secara mental, kelimuan dan fisiknya. Tidak semua pendidik atau guru mampu menjadi guru dalam dimensi boarding school. Mereka harus merepotkan diri dengan urusan moral, ibadah, mental yang sifatnya fluktuatif dan menyita waktu penanganannya.
Tempaan program yang padat dan aturan yang ketat menjadikan peserta didik terantar moralitasnya menjadi lebih baik. Awalnya seperti pemaksaan tapi selanjutnya akan menjadi kebiasaan dan karakter yang kuat dalam diri peserta didik. Program dan peraturan harus dikawal oleh sumber daya manusia pilihan. Ini adalah kunci yang menjadi tiang pokok bangunan boarding school dalam membentuk moralitas. Wallahu a'lam bish shawwab.
.
Baca juga yang ini :
- BOARDING SCHOOL SOLUSI MERETAS MORALITAS
- GENERASI DIGITAL
- GE NERASI DUNIA MAYA
- MENGABADIKAN DIRI DENGAN PENA
- MERETAS MORALITAS 4