PENDIDIKAN KARAKTER ALA IBRAHIM (2)

Ada satu lagi pendidikan karakter Nabi Ibrahim dengan bimbingan wahyu dari Allah swt. Yaitu menempatkan keluarga pada lingkungan yang steril dari pengaruh-pengaruh negatif dan jauh dari keramaian. Sehingga ketika Ibrahim baru saja menikmati kebahagiaan dengan kelahiran putranya Ismail, Allah lalu memerintahkan kepada Nabi Ibrahim As untuk membawa dan menempatkan istri dan anaknya di dekat Baitullah. Hal ini disebutkan Allah dalam firman-Nya:

"Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian dari keturunanku di sebuah lembah yang tiada tanam-tanamannya, di dekat rumah-Mu (Baitullah) yang disucikan, Ya Tuhanku (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat". (QS. Ibrahim: 37)

Sejarah mencatat respon Nabiyullah Ibrahim As atas perintah tersebut dengan sami'na wa atho'na artinya dengar dan taat untuk menjalaninya. Bahkan diriwayatkan, Siti Hajar ketika ditinggal di tempat yang tandus tersebut dia bertanya, "Betulkah ini perintah Allah?" Nabi Ibrahim menjawab,"Iya!" dengan langsung meninggalkan istri dan anaknya tanpa menoleh ke belakang lagi. Siti Hajarpun juga dengan ikhlas menetap di tempat dengan segala keterbatasannya. Padahal tempatnya gersang, tak ada tetangga dan kehidupan yang jelas dengan kondisi anak yang masih merah.

Ini adalah tarbiyah illahiyah. Bagi manusia biasa tentu sangat berat dan terkesan tidak manusiawi untuk menempatkan istri dan anak di daerah yang asing. Istri baru melahirkan tentu memerlukan perhatian, pendampingan dan pertolongan karena kondisinya lemah. Siapapun menjadi suami tidak tega untuk meninggalkan istri yang baru melahirkan dan istri mana yang mau ditinggal dalam kondisi seperti itu yang tak ada saudara, pembantu dan tetangga.

Hikmah dari perintah penempatan Siti Hajar dan Ismael di tempat yang terpencil dan gersang itu luar biasa bagi tumbuhnya kepribadian Ismael yang kuat dan berkarakter. Lingkungan sangat menentukan dalam pembentukan karakternya. Sehingga Ibrahim disebut Abu ambiya' (bapak para nabi) karena melahirkan banyak nabi dari garis keturunannya. Ismael terjaga dengan kelurusan aqidahnya dan mulia akhlaqnya.

Lingkungan dan masyarakat hari ini tidak terpimpin dan teratur. Ada kepemimpinan tapi hanya bersifat administratif untuk urusan pernikahan, kematian dan surat menyurat saja. Kemudian fokus pembangunan untuk hal-hal yang bersifat fisik dan tidak peduli lagi untuk urusan-urusan moral yang mengalami degradasi. Lingkungan hari ini tidak terkendali dan tidak ada kontrol sosial yang ketat.

Bagi orang sadar dan menyadari pentingnya pendidikan maka miris melihat kehidupan yang saat ini sangat mengkhawatirkan. Tempat wisata mengepung dengan tawaran kemaksiatan di mana-mana, godaan pornografi, gaya hidup hedonism dan kriminalisasi juga hampir merata sehingga nyaris tidak ada tempat yang aman.

Berita di surat kabar lokal Kalimantan Timur tentang beredarnya foto atau adegan mesum melalui Hp dan internet oleh siswa-siswi. Di salah satu kabupaten juga menyebutkan 20 persen siswinya menjadi PSK. Kemudian laporan dari salah satu penghulu mengatakan bahwa angka pasangan yang hamil sebelum akad nikah meningkat tajam. Dokter kandungan juga sangat miris karena setiap hari ada pasien wanita-wanita muda untuk melakukan aborsi.

Lingkungan di luar rumah dan sekolah adalah yang menjadi tempat dan waktu yang rawan pembentukan karakter negatif anak. Jika di rumah masih ada orang tua, di sekolah ada para guru dengan kegiatan yang jelas. Tapi waktu di luar keduanya yang tidak ada kontrol sosial dan kepedulian masyarakat yang melemah karena sifat individualisme dan egois masyarakat modern dengan kesibukannya.

Memang untuk mendapatkan generasi sebagaimana yang kita harapkan, memerlukan perhatian dan pengorbanan yang sangat besar, bahkan harus diiringi dengan kesabaran dan keikhlasan yang tinggi. Perhatian dan pengorbanan yang diberikan lebih banyak kepada hal-hal yang bersifat materi, bukan pada spirit dan ruhaninya. Salah satunya adalah dengan memilihkan lingkungan rumah atau pendidikan yang menjamin dari pengaruh-pengaruh negatif.

Anak-anak kita perlu mendapatkan perhatian dari masyarakat dan hidup dalam lingkup lingkungan yang kondusif. Jangan sampai hanya aspek intelektualnya yang diperhatikan, tetapi mental dan spritualnya memprihatinkan. Jangan kita bangga dengan pendidikan yang hanya memacu kecerdasan otaknya, tapi semakin hari semakin rusak akhlaknya, semakin jauh dari agamanya.

Salah satu alternatif pendidikan yang menawarkan lingkungan yang kondusif adalah pendidikan berasrama. Karena anak akan terawasi dan terevaluasi 24 jam, baik saat sekolah maupun di luar sekolah. Mereka senantiasa diatur dan dipantau untuk senantiasa terarah sesuai dengan tujuan pendidikan dan keinginan orang tua. Ini memerlukan dari orang tua untuk berpisah sesaat dengan anaknya tinggal di asrama. Tapi untuk keselamatan dan kebaikan masa depannya, orang tua harus berkurban untuk mencarikan lingkungan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Maka pendidikan kader-kader bangsa semua berbasis asrama. Pesantren juga menjadi basis lahirnya ulama yang terjaga integritasnya karena juga konsisten dengan pendidikan berasramanya. Militer juga menerapkan pendidikan asrama untuk para pendidikan awal bagi calon-calon perwira dan militer. Ini adalah dalam rangka menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membentuk karakter peserta didik agat lebih terarah, terkendali dan terkontrol dengan sistem yang diciptakan secara baik. Wallahu a'lam bish shawwab.




Baca juga yang ini :

- PENDIDIKAN KARAKTER ALA IBRAHIM (1)
- BERKURBAN BERMULA DARI HATI
- SISI LAIN IDUL QURBAN
- NAMANYA SAJA BERKURBAN!
- BOARDING SCHOOL SOLUSI MERETAS MORALITAS 2


Komentar




Beri Komentar
Nama :
Website :
    Ex: www.stishidayatullah.ac.id (tanpa http://)
Komentar :
   
    (Masukan 6 digit kode diatas)
   
Cari





Copyright © 2010 by STIS Hidayatullah Balikpapan. Desain by Imran Kali Jaka All Rights Reserved.
e-mail : [email protected] | [email protected]