PENDIDIKAN KARAKTER ALA IBRAHIM (3)

Satu lagi yang menjadi kuci keberhasilan dari pendidikan keluarga Nabi Ibrahim adalah istrinya yaitu Siti Hajar. Dia adalah aktor di balik layar yang memiliki peran besar dalam mengantarkan Ismael menjadi anak yang sholeh dan kemudian dipilih menjadi nabi.

Sebagaimana dalam kisah yang sudah masyhur, bahwa Siti Hajar dengan keyakinan dan ketaatannya, rela ditempatkan di daerah yang asing, tanpa ada tetangga, teman dan saudara. Kemudian kehidupan yang tidak jelas karena daerah dengan tanah yang gersang, tidak ada tumbuhan sementara perbekalan sangat terbatas.

Hal ini, jika bukan keimanan yang kuat dari Siti Hajar maka tidak mungkin dia taat begitu saja menjalani perintah tersebut. Semua orang bisa membayangkan dan merasakan sendiri, tidak usahlah di tempat yang gersang dan tandus, di tempat yang subur tapi kalau sendirian tanpa tetangga dan teman, pasti rasa takut yang dominan.

Kemudian dalam kondisi seperti itu, ketika semua perbekalannya telah habis, air ASI juga sudah tidak keluar lagi. Ismael kecil mulai kehausan dan menangis. Maka demi keberlangsungan hidup anaknya dan demi kasih seorang ibu kepada anaknya, Siti Hajar pun berlari mencari air dari bukit Shafa ke bukit Marwah.

Bukit Shafa dan Marwa dulu, tentu tidak semudah sekarang. Jaraknya memang dekat tapi bukit yang terjal dengan batu-batuan yang runcing dan cuaca yang panas. Ini seorang wanita harus berlari-lari sampai tujuh kali tentu adalah perjuangan yang berat. Berlari-lari bukan untuk olah raga tapi mencari air, sambil sesekali harus menengok bayinya yang terus menangis.

Setelah perjuangannya telah mencapai titik optimal, Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyang menurunkan bantuan-Nya. Allah tentu tidak buta dan tidak tuli melihat usaha maksimal hamba-Nya dan mendengar doa-doa yang ikhlas. Sehingga Allah mengeluarkan mata air di dekat kaki Ismail. Mata air itu kemudian kita kenal dengan sumur zam-zam yang mengalir dan dapat dinikmati jutaan kaum muslimin hingga saat ini dan mungkin sampai hari qiyamat nanti. Sumur yang tidak ada duanya di dunia ini dan tentu dia menjadi amal jariyah dari Siti Hajar.

Ini adalah pelajran berharga dari seluruh keluarga muslim. Salah satu pilar utama dalam keluarga adalah istri yang sholehah. Bukan sekedar fisiknya yang cantik, mapan kekayaannya atau tinggi status sosialnya tapi keimanan dan akhlaq yang paling utama. Keimanan dan akhlaq inilah yang memperindah perjalanan keluarga dan mempercantik liku-liku kehidupan berumah tangga.

Sekarang ini, banyak wanita yang inferior, manja, cengeng dan materialis sehingga terjebak kehidupa hedonis. Mereka sibuk mempercantikn sebab wajah dan fisiknya semata, bingung mengikuti trend baju dan aksesioris yang tak pernah berhenti. Shopping, kuliner dan ke salon-salon adalah agenda yang menjadi proiritasnya.

Sehingga tidak heran angka perceraian dengan gugat cerai cenderung meningkat tajam. Banyak istri yang tidak puas dengan suaminya dari segi fisik, kebutuhan bilogis dan meterialnya. Apalagi dengan maraknya wanita pekerja dan karier yang penghasilannya melebihi suaminya. Maka tidak bisa mereka menjadi istri dengan ketaatan 100% karena merasa bisa hidup mandiri tanpa suami.

Bukan berarti salah total wanita bekerja tapi jika melalaikan tugas utamanya menjadi istri dari suaminya dan ibu bagi anak-anaknya. Maka yang terjadi pasti ketimpangan dan penyimpangan dalam kehidupan rumah tangganya.

Para muslimah patut meneladani Siti Hajar karena beliau adalah sosok isteri yang yang tabah menghadapi ujian kehidupan yang sangat berat. Dia tidak cengeng dan manja, secara fisik memang lemah tapi mentalitas dan karakternya harus kuat karena dia adalah guru pertama dan teladan dari anak-anak yang dilahirkan.

Isteri yang setia mendampingi suami dalam suka dan duka. Kesetiaan adalah keharusan dalam rumah tangga dan ini yang mahal untuk kehidupan modern. Kesetiaan bukan bergantung kepada materi tapi ada kesamaan hati untuk meraih kebahagiaan dunia akherat. Banyak keluarga berantakan karena kesetiaan yang memudar ketika usaha suami mengalami kebangkrutan.

Isteri yang selalu mendukung perjuangan suami dalam menegakkan kebenaran. Istri harus bisa menjadi motivator utama, ketika suami menghadapi masalah. Bahkan idealnya harus bisa memberikan solusi alternatif, bukan malah memperparah dengan ikut-ikutan menyalahkan. Sebab tidak ada orang yang paling dekat dari suami selain istrinya di rumah.

Beliau juga seorang ibu yang ikhlas mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Ibu yang memiliki perhatian besar terhadap masa depan putra-putrinya. Guru pertama dan utama seorang adalah adalah ibunya. Sehingga perhatian ibu jangan dialihkan kepada pembantu atau babycare. Kasih sayang dan perhatian maksimal dari seorang ibu adalah kunci untuk melahirkan anak-anak yang sholeh.

Oleh sebab itu, memilih istri atau calon ibu dari anak-anak harus memprioritaskan sisi moral, mental dan spritualnya. Bukan sekedari fisik, sebab fisik sifatnya sementara dan menikah bukan hanya urusan seks tapi terkait dengan masa depan generasi yang akan dilahirkan. Sehingga istri yang sholehah adalah pilihan utama untuk membina rumah tangga yang akan menghasilkan generasi berkarakter. Wallahu a'lam bish shawwab

 




Baca juga yang ini :

- PENDIDIKAN KARAKTER ALA IBRAHIM (2)
- PENDIDIKAN KARAKTER ALA IBRAHIM (1)
- BERKURBAN BERMULA DARI HATI
- SISI LAIN IDUL QURBAN
- NAMANYA SAJA BERKURBAN!


Komentar
check page rank
03 November 2012 - 18:30:04 WIB

sangat menarik metodenya

Kata Puisi
03 November 2012 - 06:10:36 WIB

okkkkkkk


Beri Komentar
Nama :
Website :
    Ex: www.stishidayatullah.ac.id (tanpa http://)
Komentar :
   
    (Masukan 6 digit kode diatas)
   
Cari





Copyright © 2010 by STIS Hidayatullah Balikpapan. Desain by Imran Kali Jaka All Rights Reserved.
e-mail : [email protected] | [email protected]