DI MANA PEMUDA MASA KINI?
Ini adalah pertanyaan yang mungkin sebagian orang menganggap iseng tapi serius. Pada peringatan sumpah pemuda beberapa waktu yang lalu, banyak orang bertanya, "Di mana dan yang mana disebut pemuda?" Tentu pemuda di sini bukan arti fisiknya tapi pemikiran dan kiprahnya di tengah masyarakat yang tidak kelihatan secara nyata.
Muda - mudi masa kini banyak ditemukan dipinggir jalan. Mereka dengan gitar dan rokoknya nonkrong di pinggir jalan sampai tengah malam. Tidak jelas apa yang mereka agendakan tapi yang jelas mereka sedang menikmati masa mudanya.
Di jalan-jalan juga banyak didapati dengan motor balap amatirannya. Mereka seolah menjadi raja jalanan, polisi terkadang dibuat mainan dengan main kebut-kebutan liar. Seolah mereka memiliki nyawa rangkap karena tidak takur kecelakaan dan maut yang mengancamnya.
Di mall, kafe dan pusat perbelajaan mereka juga banyak berkumpul. Ada yang sekedar cuci mata, mejeng dan menghamburkan uang untuk belanja-belanja. Jiwa konsumtif mendominasi prilaku muda-mudi sehingga mereka sangat akrab dengan shopping dari mall ke mall dan hobby kuliner untuk habiskan uang dari rumah makan ke restoran yang lain.
Ada satu tempat lagi yang banyak ditemukan pemuda yaitu pantai, warnet, bioskop dan tempat-tempat hiburan. Dunia pemuda sepertinya dimaknai sebagai masa bersenang-senang dan berhibur. Pangsa pasar untuk program wisata-wisata adalah pemuda-pemudi yang belum ada beban pekerjaan dan masalah.
Kesimpulan awal, bahwa pemuda banyak ditemukan di tempat-tempat yang santai, bersenang-senang dan tidak suka tantangan. Tentu ini hanya sebagian pemuda dan tidak semua pemuda masa kini seperti itu tapi yang mendominasi adalah pemuda-pemudi yang hanya asyik dengan dunia kesenangannya saja. Termasuk kabar berita di media cetak dan elektronik tentang pemuda mayoritas terkait dengan pelanggaran dan kegiatan-kegiatan berfoya-foya.
Tempat-tempat yang menempa moralitas seperti masjid sangat jarang untuk tidak dikatakan tidak ada pemuda. Bahkan bapak wali kota Balikpapan sempat bertanya dalam safari Ramadhannya ke masjid-masjid, "Di mana remaja masjidya, kog yang ada hanya orang-orang tua dan anak-anak saja? Ini bukan pertanyaan guyonan tapi serius karena beberapa kali ke masjid-masjid sangat sedikit sekali pemuda ikut serta dalam shalat taraweh apalagi ceramah keagamaan.
Di diskusi-diskusi ilmiah, seminar, workshop atau simposium juga tidak terlihat banyak pemuda. Mereka kehilangan gairah untuk hadir di forum-forum yang serius dan mengharuskan berfikir. Padahal Sukarno dan Hatta sebagai bapak proklamator, ketika masa mudanya sangat sering dan kerjanya adalah diskusi dan berdebat untuk merumuskan konsep bangsa ini.
Sumpah pemuda memang menjadi tidak lagi bermakna untuk pemuda masa kini. Mungkin mereka berfikir "Apa yang harus disumpahi? Kenapa harus bersumpah? apa yang harus diperjuangkan? Pemuda bukan dan sulit untuk bersatu dalam dinamika Bhinika Tunggal Eka, mereka tersekat-sekat oleh kepentingan, hobbi dan kelompoknya. Sehingga yang ada kebanggaaan kelompok, suku, almamater yang berujung kepada tawuran hanya masalah sepele karena ketersinggungan omongan, rebutan pacar dan ada ayamnya mati tertabrak motornya.
Haruskah mendatangkan Belanda dan Jepang untuk menjajah bangsa ini sehingga bisa membangkitkan para pemuda? Wallahu a'lam bish shawwab
Baca juga yang ini :
- PENDIDIKAN KARAKTER ALA IBRAHIM (3)
- PENDIDIKAN KARAKTER ALA IBRAHIM (2)
- PENDIDIKAN KARAKTER ALA IBRAHIM (1)
- BERKURBAN BERMULA DARI HATI
- SISI LAIN IDUL QURBAN
