MENGHINDARKAN KATA "UMPATAN"
Dalam komunikasi di rumah tangga ada kata-kata yang harus dihindarkan. Tidak semua kata bisa diungkapkan oleh orang tua di kehidupan rumah tangga. Kejujuran itu bukan bicara apa adanya tapi bisa memilih kata-kata yang tepat dan bermanfaat.
Wanita atau istri sangat sensitif dalam masalah kata. Karena mereka adalah mahluk yang memang diciptakan dengan nilai rasa yang tinggi sehingga ketersinggungan mudah timbul jika tidak memahami dan berhati-hati dalam berucap.
Sebenarnya bukan hanya kepada istri atau keluarga. Tapi kepada semua orang bahkan mahluk hidup kita diwajibkan untuk tidak mengumpatnya. Sebab umpatan itu menyakitkan dan menghinakan.
Kata yang pantang atau harus dihindarkan dalam kehidupan rumah tangga adalah umpatan-umpatan. Jenis umpatan bermacam-macam menurut daerahnya masing-masing tapi secara umum umpatan dengan menyebut nama-nama binatang tertentu, adalah sangat menyakitkan. Yaitu binatang anjing, babi dan monyet. Ketiganya mewakili jenis binatang yang hina dan jijik.
Mengumpat adalah menjelekkan dan menjatuhkan derajatnya sebagaimana kata umpatan yang dikeluarkan. Maka kata umpatan biasanya menggunakan kata-kata yang jorok, hina, menjijikan dan sepadannya.
Jika seseorang diumpat dengan kata, ayam, kambing atau sapi, maka mungkin dia masih tersenyum dan tidak tersinggung. Tapi jangan mencoba menggunakan binatang-binatang di atas karena merendahkan derajat dan menghinakan dengan sangat terhina.
Kemudian umpatan yang bersifat doa, yaitu dasar bodoh, tolol, bego dan sejenisnya. Sepertinya puas kalau orang marah dengan mengumpat tanpa mempertimbangkan dampak akibatnya. Padahal mengumpat bukan menyelesaikan masalah, bahkan memperparah masalah. Sakit hati karena umptan itu membekas sampai relung hati hati yang paling dalam.
Orang yang sedang marah atau emosi, biasanya tidak terkontrol dan tidak terkendali kata-katanya. Bahkan ada sebagaian orang yang dalam kondisi sadar maupun marah, terbiasa dengan umpatan-umpatan. Memanggil teman dan guyonan atau candaannya dengan bahasa umpatan.
Itulah salah satu ciri dari manusia yang tidak terdidik dengan akhlaq yang baik. Pemilihan kata dan bahasa mencerminkan kepribadian dan tingkat pendidikannya. Kita sangat sering mendengar preman di stasiun, terminal, pelabuhan, pasar atau pinggir jalan, mengucapkan umpatan maka mungkin masih ada pemakluman. Artinya ada kewajaran karena mereka lingkungan dan pemahamannya sebatas itu maka perlu dikasihani dan diajari.
Namun jika yang melakukan kata-kata umpatan itu anak sekolah, mahasiswa, orang kantoran, pejabat negeri ini maka perlu ada pertanyaan serius untuk menyikapinya. Negeri ini mau dibawa kemana? Jika pejabat dan generasi bangsa ini akrab dan mudah untuk mengumpat.
Maka Rasulullah mengajarkan kepada orang-orang beriman untuk, "barnag siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka berkata yang baik atau diam saja". Ini konsep untuk menjawah krisis kata-kata yang baik di kalangan masyarakat tertentu. Kata-kata mencerminkan keimanan seseorang kepada Allah dan terkait keimanan dengan hari pertanggungjawaban di hari kiamat nanti. Artinya kata-kata yang keluar dari mulut dan lesan kita akan akan ada balasan yang setimpal.
Mulut nanti akan terkunci. Tangan, kaki, mata, telinga dan anggota tubuh yang lain menjadi saksi atas kata-kata yang pernah terucap dari mulut kita. Tidak ada kedustaan lagi dan kebohongan lagi kemudian ditambah saksi para malaikat yang senantiasa mencatat seluruh amal dan ucapan kita. Sehingga semua akan tunduk dengan perintah Allah.
Baca juga yang ini :
- PAHLAWAN KESIANGAN
- DAMPAK KOMUNIKASI ORTU KE ANAK
- SUAMI ISTRI, BICARALAH!
- KOMUNIKASI SUAMI ISTRI (2)
- KOMUNIKASI SUAMI ISTRI
