MASJID DAN PERS
Ada kisah Paus Paulus XI mendapatkan bantuan dari raja Romawi untuk kaum Krestiani. Ada dua pilihan yang ditawarkan oleh raja Romawi yaitu dibuatkan gereja atau media pers. Tanpa pikir panjang, Paus Paulus XI memilih untuk dibuatkan media pers saja. Raja Romawi dan para pendeta yang lain menjadi heran atas keputusan dari pilihan Paus paulus XI tersebut.
Mereka bertanya alasan dari pilihan tersebut. Paus menjawab, "Gereja sudah banyak dan saat ini tidak efektif untuk menyampaikan pesan-pesan agama karena sudah mulai jarang orang mau pergi beribadah ke gereja. Media pers lebih bisa untuk menyampaikan pesan-pesan agama dengan menjangkau masyarakat lebih luas dan kemungkinan besar bisa dibaca orang banyak.
Paus sangat paham kecenderungan manusia modern enggan untuk serius mendalami ibadah atau kegiatan-kegiatan keagamaan. Gereja sudah banyak kekurangan jamaah, bahkan sebagaian dialih fungsikan menjadi tempat hiburan atau rumah sewa. Jika pesan-pesan agama hanya mengandalkan gereja maka hanya sedikit orang yang bisa mendapatkan pencerahan dari Paus.
Pilihan Paus Paulus XI terbukti tepat untuk saat ini. Hari ini media informasi dan komunikasi menjadi kekuatan keempat setelah lembaga eksekutif, legeslatif dan yudikatif. Merekalah yang bisa mempermainkan opini dan mengubah mindset masyarakat lebih luas dengan informasi yang media pers sajikan sesuai dengan misi yang diembannya.
Bahkan ada sebagian pengamat mengatakan bahwa media pers menjadi kekuatan yang tidak bisa disepelekan. Mereka memiliki peran mempengaruhi kebijakan dari lembaga negara. Apalagi jika media pers itu memiliki jaringan internasional maka dunia seolah sudah ada digenggamannya. Banyak kebijakan pemerintah hari ini dipengaruhi dan ditentukan oleh informasi atau opini yang berkembang di masyarakat melalui media pers tersebut.
Terlepas dari masalah Paus Paulus XI dan gereja. Umat Islam hari ini seringkali menjadi obyek dan kurban bulan-bulanan media pers. Umat Islam memang mayoritas jumlah umatnya tapi kepemilikan media pers masih sangat sedikit untuk dikatakan tidak ada.
Umat Islam juga cenderung semangat dan antusias untuk membangun masjid-masjid sehingga ada gerakan seribu masjid. Rehab dan memugar masjid menjadi megah terjadi di mana-mana, sementara kegiatan di dalamnya nyaris hanya satu pekan sekali efektifnya yaitu shalat jum'at. Itupun banyak jamaah yang tidur saat khotib menyampaikan pesan-pesan atau ada yang masbuq (terlambat datang).
Seolah-olah amal jariah dan amal sholeh dengan hanya bisa membangun masjid dengan dalil bahwa "Barang siapa yang membangun rumah Allah (masjid) maka Allah akan membangunkan rumah di surga." Tidak salah dengan dalil tersebut, tapi terlalu naif kalau konsentrasi memperindah di fisik atau bangunannya saja, sementara kegiatan di dalamnya sangat minim. Tentu yang dimaksud oleh Rasulullah bukan bangunan tapi kemakmuran kegiatan masjid untuk ibadah dan tarbiyah.
Bahkan ada masjid hanya sebagai musium atau taman rekreasi saja. Mereka orang datang ke masjid bukan untuk beribadah tapi untuk menikmati keindahan dan kemegahan bangunan masjidnya. Sehingga fungsi masjid sebagai media ibadah dan tarbiyah tidak bisa dicapai dengan baik.
Keberadaan jumlah masjid tidak identik dengan keshalehan masyarakatnya. Ketika masjid hanya dimaknai sebagai bangunan saja. Bahkan terkadang banyak masjid semakin banyak konflik dan membingungkan umat Islam karena masing-masing menonjolkan perbedaan-perbedaan pemahaman. Bersambung...insyaallah.
Wallahu a'lam bish shawwab
Baca juga yang ini :
- HIDUP UNTUK MATI MENUJU HIDUP ABADI
- MENGHINDARKAN KATA"UMPATAN"
- PAHLAWAN KESIANGAN
- DAMPAK KOMUNIKASI ORTU KE ANAK
- SUAMI ISTRI, BICARALAH!
