REVITALISASI FUNGSI MASJID
Fungsionalisasi masjid harus menjadi program utama dengan bekerja sama dengan pers yang ada. Era modern sekarang masjid tidak bisa berdiri sendiri sebagai sebuah bangunan tapi harus bergandengan dengan media informasi untuk menyebarluaskan segala kegiatan dan tarbiyah yang ada di masjid.
Masjid memiliki akar sejarah yang riil sebagai media yang melahirkan tokoh-tokoh dunia. bermula dari hijrah Rasululllah ke Madinah dengan memprioritaskan pekerjaan pertama adalah membangun masjid. Dengan adanya mesjid, bukan sekedar tempat ibadah tapi media tarbiyah, konsolidasi umat. Di masjidlah Rasulullah berkumpul, bermusyawarah dan memutuskan segala permasalahan keumatan.
Kemudian sahabat-sahabat Rasulullah, tabi'in dan ulama-ulama juga bermarkas di kantor. Masjid memiliki magnet tersendiri untuk menarik masyarakat dan membuat betah orang yang di dalamnya. Bukan karena fasilitasnya, bukan jamuan makanannya dan kemewahan bangunan tapi ruhnya masjid yang kental.
Ruh masjid adalah kekhusyukan orang-orang yang shalat berjamaah di dalamnya. Lantunan suara-suara jamaah dalam membaca al-Qur'an sepanjang waktu, ada kotak infa' yang menjadi saksi kedermawanan para muhsinun dan majlis-majlis taklim di setiap sudut masjid. Sehingga ada kedamaian dan kepuasan spritual bagi jamaah yang berkunjung ke masjid.
Ironi masjid masa kini, lantunan bacaan al-Qur'an sudah tergantikan dengan suara-suara merdu dari CD atau kaset. Banyak orang tua pensiunan menjadi takmir sehingga adzan bercampur batuk-batuk terdengar tidak menggairahkan untuk mendatangi shalat. Kontak infa' merana karena kering dari orang yang berinfa'. Majlis-majlis taklim juga sepi peminat karena pengajian yang monoton. Jamaah keluar dari masjid cenderung dibuat bingung karena majlis ilmu sebagai arena untuk saling menyalahkan dan menghujat golongan-golongan yang lain.
Media informasi masjid masih manual dan konvensional. Ada mading yang jarang diganti tulisannya. Informasi yang selalu ter-update setiap pekan adalah informasi kas masjid yang jumlahnya juga tidak seberapa dan pengumuman khatib dan muadzin shalat Jum'at yang juga itu-itu saja.
Kemudian sisi keamanan, seharusnya masjid adalah tempat yang paling aman karena tempat berkumpulnya orang-orang sholeh. Namun kenyataan banyak orang menjadi trauma datang ke masjid karena sering sandal, sepatu dan barang tertinggal hilang tiada bekas. Shalat menjadi tidak tenang sehingga selanjutnya ke masjid menggunakan sandal-sandal bekas dan tidak menarik orang mengambilnya.
Bangunan masjid semestinya tidak mewah namun memenuhi standart kesucian dan kebersihan. Selama ini masjid nampak dari luar nampak mewah tapi tempat wudhu dan wc tidak lebih baik dibandingkan dengan wc di terminal atau pelabuhan.
Era tehnologi informasi dan komunikasi, masjid harus memberdayakan diri dengan memaksimalkan tehnologi yang berkembang. Pengajian atau majlis taklim bisa menggunakan in fokus yang di desaign menarik. Taklim dan pengajian di masjid disalurkan melalui media radio on line dengan dialog yang interaktif. Mading juga dikelola secara on line untuk bisa dibaca oleh jamaah seluruh dunia bukan hanya yang jamaah berkunjung ke masjid tersebut.
Orientasi pembangunan masjid adalah untuk membangun ketaqwaan jamaah. Ini adalah tujuan inti harus tertuju kepada ridho Allah. Sehingga segala kegiatan atau aktifitas yang ada di masjid terbingkai dalam garis-garis ketaqwaan. Jika masjid diniatkan untuk selain itu semua maka bisa dipastikan akan terjadi fitnah dan kekacauan di masyarakat. Masjid adalah sentral kegiatan keagamaan Islam. Wallahu a'lam bish shawwab.
Baca juga yang ini :
- MASJID DAN PERS
- HIDUP UNTUK MATI MENUJU HIDUP ABADI
- MENGHINDARKAN KATA"UMPATAN"
- PAHLAWAN KESIANGAN
- DAMPAK KOMUNIKASI ORTU KE ANAK
