MENJEBAK KEBAIKAN DENGAN KETAATAN

Kehidupan berorganisasi menuntut namanya ketaatan dari para anggota organisasi tersebut untuk menjalankan misi dan visinya. Organisasi yang bersifat formal seperti negara, partai politik, organisasi massa, sosial, keagamaan ataupun bidang ekonomi, ketaatan adalah mutlak adanya.

Fakta sudah banyak menjadi bukti bahwa ketaatan dari anggota organisasi menjadi asas kemajuan dan sebaliknya ketidaktaatan anggota menjadi sebab kehancuran organisasi. Ketika sebuah perusahaan mentargetkan penjualan produknya sepuluh ribu bulan, kemudian bagian salesmen tidak taat dan memilih untuk bersantai. Maka yakinlah target tidak tercapai , kebangkrutan menanti selanjutkan gelombang PHK akan mengancam karyawannya terutama yang tidak taat.

Di negara kita ini, ada namanya undang-undang atau peraturan, polisi, pengadilan, hakim dan penjara. Itu semua adalah perangkat untuk menangani warga negara yang tidak taat dengan aturan yang berlaku. Bagi warga negara yang melanggar ada penjara atau denda. Bahkan yang menyengaja membuat makar sebuah pelanggaran akan diperangi dan menjadi musuh negara. JIka tidak ketat atuaran negara ini maka akan terjadi instabilisasi di masyarakat.

Dalam organisasi kemasyarakatanpun juga berlaku namanya ketaatan. Pemecatan secara tidak terhormat kepada pengurus atau anggota yang tidak taat selalu dilakukan untuk menjaga kehormatan organisasi.

Dalam dunia kebinatangan saja ada namanya hukum rimba. Meskipun tidak tertulis, mereka memiliki kesepakatan untuk tidak saling mengganggu hak dan wilayahnya. Manusia yang mencoba merusak tatanan kehidupan mereka di hutan juga bersiap untuk menjadi santapan empuk binatang hutan.

Ketaatan adalah hal yang paling sulit dan rumit dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan berorganisasi. Sulit karena beratnya melaksanakan perintah atau menjauhi larangan yang telah disepakati. Rumit karena terkait dengan masalah keinginan, nafsu, kepentingan dan harga diri seseorang.

Dalam kehidupan beragama juga sarat dengan tuntutan ketaatan. Agama apapun, pasti dalam ajarannya ada namanya perintah dan larangan. Perintah untuk mengarahkan kepada kebaikan dan larangan untuk menghindarkan dari kesengsaraan.

Itulah prinsip dasar dalam perintah dan larangan. Sebenarnya tanpa pengetahuan yang mendalam tentang hikmah atau tujuan larangan, jika kita yakin akan kebenaran sebuah ajaran maka ketaatan tidak perlu ditawar lagi. Namun jika nafsu mendominasi dan akal menjadi tuhannya maka inkonsistensi selalu menjadikan dirinya oposisi dalam sebuah aturan.

Sebab ketika seseorang selalu mempertanyakan apa dan kenapa adanya perintah dan larangan maka sebenarnya sama artinya tidak yakin terhadap kebenaran dari sebuah ajaran. Kecenderungan manusia memang mau bebas dan tidak terikat dalam aturan. Namun itu sama saja akan menjerumuskan dirinya kepada kebinasaan.

Islam sebagai agama paling akhir tentu menyempurnakan agama-agama yang telah lalu. Karakter agama Islam adalah menjembatani umatnya untuk mendapatkan kebaikan dunia akherat dan menghindarkan dari kesengsaraan.

Tentu jembatan tersebut tidak mulus, lurus dan halus. Ada banyak duri-duri namanya larangan-larangan, ada tanjakan berupa perintah-perintah yang harus dijalankan dan godaan-godaan yang terkadang melalaikan dari istiqomah berjalan di jembatan tersebut.

Doktrin ketaatan adalah jebakan menuju kebaikan. Pemaksaan untuk taat lebih baik daripada pembiaran untuk menuju kejelekan. Ketaatan dalam kesadaran adalah lebih baik tapi jalannya tidak bisa serta merta, terkadang juga bermula dari pemaksaan. Wallahu a'lam bish shawwab.




Baca juga yang ini :

- HIJRAH BUKAN DIMENSI EKONOMI
- MENGHIJRAHKAN ORIENTASI HIDUP
- REVITALISASI FUNGSI MASJID
- MASJID DAN PERS
- HIDUP UNTUK MATI MENUJU HIDUP ABADI


Komentar

Beri Komentar
Nama :
Website :
    Ex: www.stishidayatullah.ac.id (tanpa http://)
Komentar :
   
    (Masukan 6 digit kode diatas)
   
Cari





Copyright © 2010 by STIS Hidayatullah Balikpapan. Desain by Imran Kali Jaka All Rights Reserved.
e-mail : [email protected] | [email protected]